1.
Religi
a.
Pengertian Religi
Secara
bahasa, kata religi adalah kata kerja yang berasal dari kata benda religion. Religi
itu sendiri berasal dari kata re dan
ligare artinya menghubungkan kembali yang telah putus, yaitu menghubungkan kembali
tali hubungan antara Tuhan dan manusia
yang telah terputus oleh dosa-dosanya (Mubarok, 2003:45). Menurut Gazalba (Rohilah,2010),
bahwa religi berasal dari bahasa latin religio yang berasal dari akar kata religare
yang berarti mengikat. Religi adalah kecenderungan rohani manusia untuk
berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang
terakhir, dan hakekat dari semuanya. Sedangkan Sarwono (2006) mendefinisikan
religi sebagai suatu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur
alam semesta ini.
Istilah
religi menunjukkan pada aspek religi
yang telah dihayati oleh individu dalam hatinya (Mangunwijaya dalam
Sudrajat, 2010). Dister (Sudrajat, 2010) menyatakan bahwa di dalam religi
terdapat unsur internalisasi agama dalam diri individu. Definisi lain
menyatakan bahwa religi merupakan perilaku terhadap agama yang berupa
penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dapat ditandai tidak hanya melalui
ketaatan dalam menjalankan ibadah ritual tetapi juga dengan adanya keyakinan,
pengamalan, dan pengetahuan menganai agama yang dianutnya (Ancok dan Suroso,
2008).
Glock
dalam Paloutzian (Sudrajat, 2010) menyebut bahwa religi meupakan sebuah
komitmen beragama, yang dijadikan sebagai kebenaran beragama, apa yang
dilakukan seseorang sebagai bagian dari kepercayaan, bagaimana emosi atau pengamalan
yang disadari seseorang tercakup
dalam agamanya, dan
bagaimana seseorang hidup dan terpengaruh berdasarkan agama yang
dianutnya.
Terdapat
dua istilah yang dikenal dalam agama yaitu kesadaran beragama (religious
conciousness) dan pengalaman beragama (religious experience). Kesadaran
beragama adalah segi agama yang terasa dalam fikiran dan dapat diuji melalui
introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama,
sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama
yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan
(Drajat, 1989).
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa religi adalah internalisasi dan penghayatan seorang
individu terhadap nilai-nilai agama yang
diyakini dalam bentuk ketaatan dan pemahaman terhadap nilai-nilai tersebut
untuk kemudian dapat diimplentasikan dalam perilaku sehari-hari. Sehingga
tingkat religi seseorang dapat dilihat dari tingkah laku, sikap,
dan perkataan, serta
kesesuaian hidup yang
dijalani dengan ajaran agama yang dianutnya.
b.
Dimensi Religi
Menurut
R.Stark dan C.Y. Glock (Ancok dan Suroso, 2008) religi (religiosity) meliputi
lima dimensi yaitu keyakinan beragama (beliefs), praktik keagamaan (practice),
rasa keberagamaan (feelings), pengetahuan agama (knowledge), dan konsekuensi
(effect) dari keempat dimensi tersebut.
1)
Keyakinan beragama (beliefs) adalah
kepercayaan atas doktrin teologis,
seperti percaya terhadap adanya Tuhan, malaikat, hari akhirat, surga, neraka,
takdir,dan lain-lain (Djarir, 2005). Ancok dan Surosa (2008) menyatakan bahwa
orang religi berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Indikator dari dimensi keyakinan adalah:
a)
Keyakinan tentang Allah
b)
Keyakinan tentang malaikat Allah
c)
Keyakinan tentang kitab-kitab Allah
d) Keyakinan
tentang Nabi/Rasul Allah
e)
Keyakinan tentang hari akhir
f)
Keyakina tentang qadha dan qadar Allah
g)
Keyakinan tentang syurga dan neraka
2)
Praktik
agama (practice) merupakan
dimensi yang berkaitan dengan seperangkat perilaku yang
dapat menunjukkan seberapa besar komitmen seseorang terhadap agama yang
diyakininya (Ancok dan Suroso, 2008). Indikator dari dimensi ini adalah :
a)
Melaksanakan shalat wajib dan shalat
sunnah
b)
Melaksanakan puasa wajib maupun sunnah
c)
Menunaikan zakat, infak, dan shodaqoh
d) Melakasanakan
haji dan umrah
e)
Membaca Al-Quran
f)
Membaca doa dan dzikir
g)
Melakukan I’tikaf di bulan ramadhan
3)
Rasa/pengalaman keberagamaan (feelings)
adalah dimensi yang berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan,
persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang
dialami oleh seseorang perasaan yang dialami oleh orang beragama,
seperti rasa tenang, tenteram, bahagia, syukur, patuh, taat, takut, menyesal,
bertobat, dan lain-lain. Menurut Ancok (Syachraeni,2010), dalam kacamata Islam
dimensi ini berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang unik dan yang merupakan
keajaiban. Contohnya, doa yang dikabulkan, diselamatkan dari suatu bahaya, dan
lain-lain. Indikator dari dimensi ini adalah :
a)
Perasaan dekat dengan Allah
b)
Perasaan doa-doanya terkabul
c)
Perasaan tentram bahagia karena
menuhankan Allah
d) Perasaan
bertawakal kepada Allah
e)
Persaan khusyuk ketika melaksanakan
shalat dan berdoa
f)
Perasaan bergetar ketika mendengar adzan
atau ayat-ayat Al- Quran
g)
Perasaan bersyukur kepada Allah
h)
Perasaan mendapatkan peringatan atau
pertolongan dari Allah.
4)
Pengetahuan agama (knowledge) merupakan
dimensi yang mencakup informasi yang dimiliki seseorang mengenai keyakinannya.
Ancok dan Suroso (2008) mengatakan bahwa dimensi pengetahuan berkaitan erat
dengan keyakinan, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat
bagi penerimaannya. Indikator dari dimensi ini adalah :
a)
Pengetahuan tentang isi Al-Quran
b)
Pokok-pokok ajaran
Islam yang harus
diimani dan dilaksanakan
c)
Pengetahuan tentang hukum-hukum Islam
d) Pengetahuan
tentang sejarah Islam
e)
Mengikuti aktivitas untuk menambah
pengetahuan agama.
5)
Konsekuensi keberagamaan (effect)
merupakan dimensi yang mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan
keagamaan, praktik, pengalaman, dan
pengetahuan seseorang dalam kehidupan sehari-hari (Ancok dan Suroso,
2008). Dimensi konsekuensi ini mestinya merupakan kulminasi dari dimensi lain.
Menurut Ancok (Syachraeni, 2010), dalam Islam dimensi ini memiliki arti sejauh
mana perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari didorong oleh ajaran agama.
Kenyataannya dimensi itu tidak selalu lengkap ada pada seseorang, sedangkan
sikap, ucapan dan tindakan seseorang tidak selalu atas dorongan ajaran agama.
Indikatir dari dimensi ini adalah :
a)
Suka menolong
b)
Suka bekerjasama
c)
Suka menyumbangkan sebagian harta
d) Memiliki
rasa empati dan solidaritas kepada orang lain
e)
Berperilaku adil
f)
Berperilaku jujur
g)
Suka memaafkan
h)
Menjaga lingkungan hidup
i)
Menjaga amanah
j)
Tidak berjudi, menipu, dan korupsi
k)
Mematuhi norma-norma Islam dalam
berperilaku
Berdasarkan
paparan diatas, dapat dikatakan bahwa dimensi religi terdiri dari 5 yaitu:
kepercayaan seseorang terhadap ajaran agama (beliefs), pelaksanaan ajaran agama
dalam bentuk praktek ibadah-ibadah ritual (practice), kepahaman seseorang
terhadap nilai- nilai dan ajaran agama yang dianutnya d(knowledge), pengalaman-
pengalaman agama yang dirasakan oleh seseorang (experience), dan pengaruh dari
kepercayaan, pelaksanaan, kepahaman, dan pengalaman tentang agama terhadap
sikap, ucapan, dan perilaku seseorang yang tercermin dalam kehidupan
sehari-hari (effect).
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi religi
Secara umum religi dipengaruhi
oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor-faktor yang berkaitan dengan pembawaan, sedangkan faktor eksternal
faktor- faktor yang berasal dari lingkungan di luar diri individu seperti
keluarga, sekolah, dan masyarakat (Yusuf, 2007).
1)
Faktor Internal
Thouless
(Marsal dalam Sudrajat, 2010) menyebutkan bahwa faktor internal yang dapat
mempengaruhi sikap keagamaan seseorang yaitu faktor pengalaman dan
kebutuhan.Faktor pengalaman berkaitan dengan pengalaman- pengalaman mengenai
keindahan, konflik moral,
dan pengalaman emosional keagamaan. Sedangkan faktor kebutuhan berkaitan
dengan kebutuhan rasa aman dan keselamatan, kebutuhan akan cinta kasih,
kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan kebutuhan yang timbul karena adanya
kematian.
2)
Faktor eksternal
Faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi religi seseorang meliputi
a)
Lingkungan keluarga
Glock
and Stark (Sudrajat, 2010) menyatakan bahwa fase sosialisasi awal bagi
pembentukan konsep religi seseorang
adalah keluarga. Selain
itu, Sigmund Freud (Boeree dalam Sudrajat, 2010) melalui
konsep father imege menjelaskan bagaimana citra seorang ayah akan
mempengaruhi perkembangan religi
anaknya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa keluarga sangat memegang
peranan penting dalam menentukan bagaimana religi seseorang.
b)
Lingkungan sekolah
Sekolah
mempunyai peranan penting dalam upaya pengembangan religi siswanya. Upaya
pengembangan tersebut berkaitan dengan wawasan pemahaman siswa terhadap agama,
pembiasaan mengamalkan ibadah, dan mendidik siswa agar berakhlak yang baik dan
dapat mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari- hari. Terdapat tiga
hal penting dalam pendidikan formal yang mempengaruhi religi yaitu kurikulum,
hubungan guru dan siswa, serta hubungan antarsiswa.
c)
Lingkungan masyarakat
Masyarakat
merupakan lingkungan interaksi sosial dan sosiokultural yang
potensial mempengaruhi religi seseorang. Seseorang akan cenderung
menampilkan perilakunya sesuai
dengan lingkungan pergaulannya.
Thouless (Marsal dalam Sudrajat, 2010)
berpendapat bahwa tradisi-tradisi sosial yang berlandaskan
nilai-nilai keagamaan dan tekanan lingkungan untuk menyesuaikan diri dengan
berbagai sikap yang disepakati oleh lingkungan dapat mempengaruhi religi
seseorang. Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa
kualitas religi seseorang
dapat dilihat dari bagaimana orang-orang di sekitarnya.
2.
Makna pergeseran nilai-nilai religi
"Pengertian
pergeseran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah peralihan,
perpindahan" (Depdikbut,2007:361). Pergeseran merupakan suatu perubahan
secara sedikit demi sedikit atau berkala pada seseorang yang di pengaruhi oleh
perkara lain yang mengkibatkan perubahan pandangan hidup seseorang.
Nilai
adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Depdikbut,2007:783).
Nilai merupakan suatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia.
Religi
atau religi adalah lebih melihat aspek yang "di dalam lubuk hati",
riak getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri
bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa, "du Coeur" dalam
arti Pascal, yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa
manusiawi) ke dalam si pribadi manusia ( Mangunwijaya,1982:11).
Dari
ketiga pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa pergeseran nilai-nilai religi
adalah berubahnya pandangan manusia terhadap apa yang diyakini secara sedikit
demi sedikit yang dipengaruhi oleh perkara lain sehingga terjadinya perubahan
pandangan manusia.
thanks ea,.,.,.,.,.
BalasHapusmoga selalu cerah hariharinya
study pustakanya dari mana ya?
BalasHapustrima kasih atas infonya...
BalasHapusPengertian yg lengkap dan tepat mengenai religi dari beberapa ahli..
BalasHapusThx postingan'a ;)
#IndahnyaBerbagi
terima kasih ya infonya...
BalasHapus