Kamis, 12 November 2015
Kamis, 03 Juli 2014
Jumat, 15 Maret 2013
DEFINISI RELIGI / AGAMA
DEFINISI RELIGI/AGAMA
1.
Religi
a.
Pengertian Religi
Secara
bahasa, kata religi adalah kata kerja yang berasal dari kata benda religion. Religi
itu sendiri berasal dari kata re dan
ligare artinya menghubungkan kembali yang telah putus, yaitu menghubungkan kembali
tali hubungan antara Tuhan dan manusia
yang telah terputus oleh dosa-dosanya (Mubarok, 2003:45). Menurut Gazalba (Rohilah,2010),
bahwa religi berasal dari bahasa latin religio yang berasal dari akar kata religare
yang berarti mengikat. Religi adalah kecenderungan rohani manusia untuk
berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang
terakhir, dan hakekat dari semuanya. Sedangkan Sarwono (2006) mendefinisikan
religi sebagai suatu kepercayaan terhadap kekuasaan suatu zat yang mengatur
alam semesta ini.
Istilah
religi menunjukkan pada aspek religi
yang telah dihayati oleh individu dalam hatinya (Mangunwijaya dalam
Sudrajat, 2010). Dister (Sudrajat, 2010) menyatakan bahwa di dalam religi
terdapat unsur internalisasi agama dalam diri individu. Definisi lain
menyatakan bahwa religi merupakan perilaku terhadap agama yang berupa
penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dapat ditandai tidak hanya melalui
ketaatan dalam menjalankan ibadah ritual tetapi juga dengan adanya keyakinan,
pengamalan, dan pengetahuan menganai agama yang dianutnya (Ancok dan Suroso,
2008).
Glock
dalam Paloutzian (Sudrajat, 2010) menyebut bahwa religi meupakan sebuah
komitmen beragama, yang dijadikan sebagai kebenaran beragama, apa yang
dilakukan seseorang sebagai bagian dari kepercayaan, bagaimana emosi atau pengamalan
yang disadari seseorang tercakup
dalam agamanya, dan
bagaimana seseorang hidup dan terpengaruh berdasarkan agama yang
dianutnya.
Terdapat
dua istilah yang dikenal dalam agama yaitu kesadaran beragama (religious
conciousness) dan pengalaman beragama (religious experience). Kesadaran
beragama adalah segi agama yang terasa dalam fikiran dan dapat diuji melalui
introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama,
sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama
yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan
(Drajat, 1989).
Dapat
ditarik kesimpulan bahwa religi adalah internalisasi dan penghayatan seorang
individu terhadap nilai-nilai agama yang
diyakini dalam bentuk ketaatan dan pemahaman terhadap nilai-nilai tersebut
untuk kemudian dapat diimplentasikan dalam perilaku sehari-hari. Sehingga
tingkat religi seseorang dapat dilihat dari tingkah laku, sikap,
dan perkataan, serta
kesesuaian hidup yang
dijalani dengan ajaran agama yang dianutnya.
b.
Dimensi Religi
Menurut
R.Stark dan C.Y. Glock (Ancok dan Suroso, 2008) religi (religiosity) meliputi
lima dimensi yaitu keyakinan beragama (beliefs), praktik keagamaan (practice),
rasa keberagamaan (feelings), pengetahuan agama (knowledge), dan konsekuensi
(effect) dari keempat dimensi tersebut.
1)
Keyakinan beragama (beliefs) adalah
kepercayaan atas doktrin teologis,
seperti percaya terhadap adanya Tuhan, malaikat, hari akhirat, surga, neraka,
takdir,dan lain-lain (Djarir, 2005). Ancok dan Surosa (2008) menyatakan bahwa
orang religi berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui
kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Indikator dari dimensi keyakinan adalah:
a)
Keyakinan tentang Allah
b)
Keyakinan tentang malaikat Allah
c)
Keyakinan tentang kitab-kitab Allah
d) Keyakinan
tentang Nabi/Rasul Allah
e)
Keyakinan tentang hari akhir
f)
Keyakina tentang qadha dan qadar Allah
g)
Keyakinan tentang syurga dan neraka
2)
Praktik
agama (practice) merupakan
dimensi yang berkaitan dengan seperangkat perilaku yang
dapat menunjukkan seberapa besar komitmen seseorang terhadap agama yang
diyakininya (Ancok dan Suroso, 2008). Indikator dari dimensi ini adalah :
a)
Melaksanakan shalat wajib dan shalat
sunnah
b)
Melaksanakan puasa wajib maupun sunnah
c)
Menunaikan zakat, infak, dan shodaqoh
d) Melakasanakan
haji dan umrah
e)
Membaca Al-Quran
f)
Membaca doa dan dzikir
g)
Melakukan I’tikaf di bulan ramadhan
3)
Rasa/pengalaman keberagamaan (feelings)
adalah dimensi yang berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan,
persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang
dialami oleh seseorang perasaan yang dialami oleh orang beragama,
seperti rasa tenang, tenteram, bahagia, syukur, patuh, taat, takut, menyesal,
bertobat, dan lain-lain. Menurut Ancok (Syachraeni,2010), dalam kacamata Islam
dimensi ini berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang unik dan yang merupakan
keajaiban. Contohnya, doa yang dikabulkan, diselamatkan dari suatu bahaya, dan
lain-lain. Indikator dari dimensi ini adalah :
a)
Perasaan dekat dengan Allah
b)
Perasaan doa-doanya terkabul
c)
Perasaan tentram bahagia karena
menuhankan Allah
d) Perasaan
bertawakal kepada Allah
e)
Persaan khusyuk ketika melaksanakan
shalat dan berdoa
f)
Perasaan bergetar ketika mendengar adzan
atau ayat-ayat Al- Quran
g)
Perasaan bersyukur kepada Allah
h)
Perasaan mendapatkan peringatan atau
pertolongan dari Allah.
4)
Pengetahuan agama (knowledge) merupakan
dimensi yang mencakup informasi yang dimiliki seseorang mengenai keyakinannya.
Ancok dan Suroso (2008) mengatakan bahwa dimensi pengetahuan berkaitan erat
dengan keyakinan, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat
bagi penerimaannya. Indikator dari dimensi ini adalah :
a)
Pengetahuan tentang isi Al-Quran
b)
Pokok-pokok ajaran
Islam yang harus
diimani dan dilaksanakan
c)
Pengetahuan tentang hukum-hukum Islam
d) Pengetahuan
tentang sejarah Islam
e)
Mengikuti aktivitas untuk menambah
pengetahuan agama.
5)
Konsekuensi keberagamaan (effect)
merupakan dimensi yang mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan
keagamaan, praktik, pengalaman, dan
pengetahuan seseorang dalam kehidupan sehari-hari (Ancok dan Suroso,
2008). Dimensi konsekuensi ini mestinya merupakan kulminasi dari dimensi lain.
Menurut Ancok (Syachraeni, 2010), dalam Islam dimensi ini memiliki arti sejauh
mana perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari didorong oleh ajaran agama.
Kenyataannya dimensi itu tidak selalu lengkap ada pada seseorang, sedangkan
sikap, ucapan dan tindakan seseorang tidak selalu atas dorongan ajaran agama.
Indikatir dari dimensi ini adalah :
a)
Suka menolong
b)
Suka bekerjasama
c)
Suka menyumbangkan sebagian harta
d) Memiliki
rasa empati dan solidaritas kepada orang lain
e)
Berperilaku adil
f)
Berperilaku jujur
g)
Suka memaafkan
h)
Menjaga lingkungan hidup
i)
Menjaga amanah
j)
Tidak berjudi, menipu, dan korupsi
k)
Mematuhi norma-norma Islam dalam
berperilaku
Berdasarkan
paparan diatas, dapat dikatakan bahwa dimensi religi terdiri dari 5 yaitu:
kepercayaan seseorang terhadap ajaran agama (beliefs), pelaksanaan ajaran agama
dalam bentuk praktek ibadah-ibadah ritual (practice), kepahaman seseorang
terhadap nilai- nilai dan ajaran agama yang dianutnya d(knowledge), pengalaman-
pengalaman agama yang dirasakan oleh seseorang (experience), dan pengaruh dari
kepercayaan, pelaksanaan, kepahaman, dan pengalaman tentang agama terhadap
sikap, ucapan, dan perilaku seseorang yang tercermin dalam kehidupan
sehari-hari (effect).
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi religi
Secara umum religi dipengaruhi
oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor-faktor yang berkaitan dengan pembawaan, sedangkan faktor eksternal
faktor- faktor yang berasal dari lingkungan di luar diri individu seperti
keluarga, sekolah, dan masyarakat (Yusuf, 2007).
1)
Faktor Internal
Thouless
(Marsal dalam Sudrajat, 2010) menyebutkan bahwa faktor internal yang dapat
mempengaruhi sikap keagamaan seseorang yaitu faktor pengalaman dan
kebutuhan.Faktor pengalaman berkaitan dengan pengalaman- pengalaman mengenai
keindahan, konflik moral,
dan pengalaman emosional keagamaan. Sedangkan faktor kebutuhan berkaitan
dengan kebutuhan rasa aman dan keselamatan, kebutuhan akan cinta kasih,
kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan kebutuhan yang timbul karena adanya
kematian.
2)
Faktor eksternal
Faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi religi seseorang meliputi
a)
Lingkungan keluarga
Glock
and Stark (Sudrajat, 2010) menyatakan bahwa fase sosialisasi awal bagi
pembentukan konsep religi seseorang
adalah keluarga. Selain
itu, Sigmund Freud (Boeree dalam Sudrajat, 2010) melalui
konsep father imege menjelaskan bagaimana citra seorang ayah akan
mempengaruhi perkembangan religi
anaknya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa keluarga sangat memegang
peranan penting dalam menentukan bagaimana religi seseorang.
b)
Lingkungan sekolah
Sekolah
mempunyai peranan penting dalam upaya pengembangan religi siswanya. Upaya
pengembangan tersebut berkaitan dengan wawasan pemahaman siswa terhadap agama,
pembiasaan mengamalkan ibadah, dan mendidik siswa agar berakhlak yang baik dan
dapat mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari- hari. Terdapat tiga
hal penting dalam pendidikan formal yang mempengaruhi religi yaitu kurikulum,
hubungan guru dan siswa, serta hubungan antarsiswa.
c)
Lingkungan masyarakat
Masyarakat
merupakan lingkungan interaksi sosial dan sosiokultural yang
potensial mempengaruhi religi seseorang. Seseorang akan cenderung
menampilkan perilakunya sesuai
dengan lingkungan pergaulannya.
Thouless (Marsal dalam Sudrajat, 2010)
berpendapat bahwa tradisi-tradisi sosial yang berlandaskan
nilai-nilai keagamaan dan tekanan lingkungan untuk menyesuaikan diri dengan
berbagai sikap yang disepakati oleh lingkungan dapat mempengaruhi religi
seseorang. Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa
kualitas religi seseorang
dapat dilihat dari bagaimana orang-orang di sekitarnya.
2.
Makna pergeseran nilai-nilai religi
"Pengertian
pergeseran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah peralihan,
perpindahan" (Depdikbut,2007:361). Pergeseran merupakan suatu perubahan
secara sedikit demi sedikit atau berkala pada seseorang yang di pengaruhi oleh
perkara lain yang mengkibatkan perubahan pandangan hidup seseorang.
Nilai
adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Depdikbut,2007:783).
Nilai merupakan suatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia.
Religi
atau religi adalah lebih melihat aspek yang "di dalam lubuk hati",
riak getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri
bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa, "du Coeur" dalam
arti Pascal, yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa
manusiawi) ke dalam si pribadi manusia ( Mangunwijaya,1982:11).
Dari
ketiga pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa pergeseran nilai-nilai religi
adalah berubahnya pandangan manusia terhadap apa yang diyakini secara sedikit
demi sedikit yang dipengaruhi oleh perkara lain sehingga terjadinya perubahan
pandangan manusia.
Kamis, 08 November 2012
T13 EPSON MATI TOTAL
Kasus : mati total
Identifikasi : Dioda mati
Penanganan : ganti Dioda dengan yang baru (perlu diingat DIODA yang Dipakai adalah DIODA ZENER dengan kode SB60 atau yang di pasaran SB160) andaipun diganti dengan dioda biasa 1 amper mainboard bisa hidup cuma bisa bertahan 1 hari saja setelah itu akan mati lagi dengan kondisi power suply printer berbunyi tit tit berulang kali
Kasus : mati total
Identifikasi : Dioda mati
Penanganan : ganti Dioda dengan yang baru (perlu diingat DIODA yang Dipakai adalah DIODA ZENER dengan kode SB60 atau yang di pasaran SB160) andaipun diganti dengan dioda biasa 1 amper mainboard bisa hidup cuma bisa bertahan 1 hari saja setelah itu akan mati lagi dengan kondisi power suply printer berbunyi tit tit berulang kali
Rabu, 14 September 2011
ipunk
NOVEL DEFINISI
semoga bisa memabantumu
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah
kreasi bukan semata - mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya
sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya
adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan
manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang
permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar
belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya.
(dalam Sarjidu, 2004: 2).
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah
geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan),
syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi
dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan
ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha
semaksimal mungkin untuk mengarahkan
pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang
terkandung dalam novel tersebut.
Menurut khasanah kesusastraan Indonesia modern, novel berbeda dengan roman.
Sebuah roman menyajikan alur cerita yang lebih kompleks dan jumlah pemeran
(tokoh cerita) juga lebih banyak. Hal ini sangat berbeda dengan novel yang lebih sederhana dalam
penyajian alur cerita dan tokoh cerita yang ditampilkan dalam cerita tidak
terlalu banyak.
1.
Novel
a.
Pengertian novel
Novel
berasal dari bahasa Italia novella, yang
dalam bahasa Jerman Novelle, dan
dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian
masuk ke Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novella mengandung
pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novel (Inggris :novelette), yang berarti sebuah karya
prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak
terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus
Novel
menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah karangan prosa yang panjang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang disekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelakunya. Dalam The American Colage, dikatakan bahwa novel adalah suatu cerita
fiksi dengan panjang tertentu, melukiskan para tokoh, gerak serta adegan
kehidupan nyata representative dalam suatu alur atau suatu kehidupan yang agak
kacau atau kusut. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di
dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya
yangn luas pada masyarakat. Banyak
sastrawan yang memberi batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang
mereka berikan berbeda – beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga
berbeda – beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda – beda.
Definisi – definisi itu antara lain adalah sebagai berikut :
1. Novel adalah bentuk sastra yang
paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling
banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Jakob
Sumardjo Drs)
2. Novel adalah bentuk karya sastra
yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan (
Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dra. Abdul Roni, M.Pd )
3. Novel merupakan karya sastra yang
mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, dan keduanya
saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya
sastra ( Drs. Rostamaji, M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd )
4. Novel adalah karya sastra yang
berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik ( Paulus Tukam, S.Pd )
b.
Karakteristik novel
Karakteristik
novel Indonesia ada sedikit perbedaan antara roman, novel dan cerpen. Ada juga
yang disebut novellet. Dalam roman
biasanya kisah berawal dari tokoh lahir sampai dewasa kemudian meninggal, roman
biasanya mengikuti aliran romantic. Sedangkan novel berdasarkan realisme, dan
di dalam novel penggambaran tokoh biasanya merupakan sebagian dari hidupnya
yang dapat berubah dari keadaan sebelumnya. Berbeda dengan cerita pendek yang
tidak berkepentingan pada kesempurnaan cerita atai keutuhan sebuah cerita,
tetapi lebih berkepentingan pada impresi atau kesan.
Karakteristik
novel Indonesia meliputi empat periode antara lain Angkatan Balai Pustaka,
Angkatan Pujangga Baru, Angkatan 45 dan Angkatan sesudah 45.
c.
Ciri-ciri novel
Novel
adalah salah satu karya fiksi berbentuk prosa. Ciri-ciri antara lain :
1)
Ditulis dengan gaya narasi, yang
terkadang dicampur deskripsi untuk menggambarkan suasana
2)
Bersifat realistis, artinya merupakan
tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya
3)
Bentuknya lebih panjang, biasanya lebih
lebih dari 10.000 kata
4)
Alur ceritanya lebih kompleks
d.
Unsur-unsur novel
Novel mempunyai unsur-unsur yang
turut membangun novel menjadi cerita yang menarik, unsur tersebut dibagi
menjadi 2 ( dua ) yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
1)
Unsur
Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur
yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir
sebagai karya sastra. Unsur intrinsic sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun
cerita. Kepaduan berbagai unsur intrinsic inilah yang membuat sebuah novel
berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut pandang pembaca, unsur-unsur
(cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang
dimaksud dalam sebuah novel terdiri dari :
(a) Tema
Tema dipahami sebagai gagasan (ide)
utama atau makna utama sebuah tulisan. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar
cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti
masalah cinta, kasih, rindu, maut, religi dan sebagainya
(b) Setting / latar
Latar atau setting adalah
penggambaran suatu tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Latar
tidak hanya sebagai background saja,
tetapi juga dimaksudkan untuk mendukung unsur cerita lainnya. Penggambaran
tempat, waktu dan situasi akan membuat cerita tampak lebih hidup logis, juga
untuk menciptakan suasana tertentu yang dapat menggerakkan perasaan dan emosi
pembaca.
(c) Penokohan
Penokohan
adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita
sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
Berdasarkan
perbedaan sulit pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dikategorikanm ke
dalam beberapa jenis, yaitu:
(1) Tokoh utama
Tokoh utama adalah tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan
(2) Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang
kita kagumi yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal
bagi kita
(3) Tokoh Protagonis
Tokoh antagonis merupakan tokoh
penyebab terjadinya konflik dalam sebuah cerita
(4) Tokoh sederhana
Tokoh sederhana adalah tokoh yang
hanya memiliki satu kualitas peribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu
saja
(5) Tokoh bulat ( kompleks )
Tokoh bulat ( kompleks ) adalah
tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi
kepribadian dan jati dirinya
(6) Tokoh Statis
Tokoh Statis memiliki sikap dan
watak yang relatif tetap , tak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita
(7) Tokoh Berkembang
Tokoh berkembang adalah tokoh cerita
yang mengalami perubahan dan berkembang perwatakan sejalan dengan perkembangan
serta perubahan peristiwa dan plot yang dikisahkan
(8) Tokoh Tipikal
Tokoh Tipikal adalah tokoh yang
hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak
ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaan. Tokoh ini merupakan
penggambaran pencerminan atau penunjukkan terhadap orang atau sekelompok orang
yang terikat dalam sebuah lembaga, atau seorang individu sebagai bagian dari
lembaga yang ada di dunia nyata
(9) Tokoh Netral
Tokoh Netral adalah tokoh cerita
yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar – benar merupakan tokoh
imajiner, yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi, Ia hadir semata
– mata demi cerita, atau bahkan dialah yang empunya cerita, pelaku cerita
dan diceritakan
(10) Tokoh Tambahan
Tokoh lain dalam cerita selain tokoh
utama
(d) Alur / plot
Alur / plot merupakan rangkaian
peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju
(progresif) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan
kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada
kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.
(e) Sudut pandang
Sudut
pandang ( point of view ) merupakan strategi, teknik, siasat yang secara
sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut
pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
(1)
Sudut
Pandang orang pertama : "Aku"
Pengarang
menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa
yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata –
katanya sendiri
(2)
Sudut
Pandang orang ketiga : "Dia"
Pengarang
menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari luar
daripada terlibat di dalam cerita, pengarang biasanya menggunakan kata ganti
orang ketiga
(3)
Sudut
pandang campuran
Pengarang
menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, Ia
serba melihat, serba mendengar dan serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam
pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam
dari tokoh
2)
Unsur
Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur
yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi
bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat
dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya
sastra, namun ia sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian,
unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (untuk dikatakan : cukup menentukan)
terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur
ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap di pandang sebagai sesuatu yang penting.
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan,
sejarah, biografi pengarang, dan lain-lain di luar unsur instrinsik. Perhatian
terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya
sastra.semoga bisa memabantumu
Langganan:
Postingan (Atom)